Skip to main content

Meninggalnya Ashraf Sinclair Memberi Pelajaran untuk Kita

meninggalnya ashraf sinclair membawa duka
Ashraf Sinclair Bersama Keluarga (dok. via Instagram @ashrafsinclair)

Innalillahi Wa Innailaihi Raajiuun, Hari ini pukul 04.00 Wib seorang aktor Indonesia kebangsaan Malaysia Ashraf Sinclair berpulang ke pangkuan Allah SWT karena serangan jantung.

Suami dari artis Bunga Citra Lestari ini meninggal pada usia 40 tahun, meninggalkan seorang anak bernama Noah Sinclair hasil pernikahannya dengan BCL pada 8 November 2008.

Informasi yang beredar mengatakan bahwa penyebab meninggalnya Ashraf adalah serangan jantung yang mendadak. Tak ayal hal ini mengagetkan banyak orang, baik di Indonesia atau juga di Malaysia.

Kematian yang mendadak sering menjadi momok yang menakutkan bagia manusia, seolah ini adalah kejadian yang langka. Kematian yang mendadak biasanya terjadi karena kecelakaan, baik itu kecelakaan karena berkendara, karena kerja atau karena hal sepele (seperti sedang swafoto di ketiggian [menara, gedung, gunung] kemudia terjatuh dan meninggal).

Untuk kasus Ashraf ini sudah diklarifikasi melalui manager BCL, Doddy. Dia mengatakan jika Ashraf terkena serangan jantung pada subuh tadi, tak ayal ini mengagetkan banyak orang.

Hikmah

Kematian akan datang tanpa bisa dihindari, kematian adalah sesuatu yang pasti, lebih pasti dari nasibmu esok hari. Sedikit sekali manusia yang mau menerima kematian, kalau kata Chairil Anwar dalam sajaknya, “Aku ingin hidup seribu tahun lagi” hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur’an, “Setiap seorang di antara mereka menginginkan seandainya dia diberi umur seribu tahun...” (Al-Baqarah [2] : 96)

Dari Maimun Mahran, Nabi berwasiat kepada seseorang,

Manfaatkanlah lima perkara, sebelum datangnya lima perkara yang lain, yaitu:

1.      Saat mudamu sebelum tuamu.
2.      Saat sehatmu sebelum sakitmu.
3.      Waktu lapangmu sebelum sibukmu.
4.      Saat kayamu sebelum miskinmu.
5.      Selama hidupmu sebelum mati merenggut lehermu”

Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Al-imam Abu Laits As-samarqandi dikatakan bawaha setiap orang yang meyakini akan datangnya kematian hendaklah mempersiapkan bekal amal sebanyak-banyaknya dan menjauhkan diri dari perbuatan dosa, karena maut datang tanpa informasi atau memberi tahu sebelumnya.

Nabi bersabda: “Sakitnya ketika nyawa berpisah dengan raga orang mukmin, kira-kira sejajar dengan dipukul pedang tiga ratus pukulan” hal ini dirasakan orang mukmin, bagaimana dengan orang yang bukan mukmin.

Semoga kita yang masih hidup, dapat mempersiapkan kematian kita sebaik mungkin, agar kelak kematian tidak menjadi momok yang menakutkan, manusia yang beriman senantiasa merindukan Allah SWT, sehingga kematian menjadi jembatannya untuk bertemu Sang Pencipta Alam.

Berbeda dengan orang yang memenuhi hidupnya dengan dosa dan kemaksiatan, kematian akan menghantuinya sebagai momok yang menyeramkan itu pun jika mereka mengingatnya, sungguh mereka sering melupakannya karena sibuk dengan kenikmatan dunia yang penuh tipu daya.

Alibin Abi Thalib dalam sebuah hadist mengatakan, bahwa suatu saat Nabi melihat beberapa orang sedang tertawa terbahak-bahak, lalu Beliau menegur mereka: “Jika kalian memperbanyak ingat (mati) yang melenyapkan segala macam kelezatan, pasti tiada waktu bagi kalian untuk itu.”

AbuSa’id Al-Hudri berkata bahwa Nabi bersabda:

“Hendaklah kalian memperbanyak mengingat mati yang melenyapakn segala macam kelezatan, kubur adalah merupakan taman sorga bagi orang mukmin, namun merupakan bagian dari jurang-jurang neraka bagi orang kafir.”

Wallahua’lam.[mrf]






Comments

Popular posts from this blog

Cara Membuka Pintu Rezeki Semakin Lebar

Ilustrasi Harta Kekayaan Impian Manusia Dalam menjalani kehidupan tentu kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan sendiri atau keluarga, kita sudah berusaha mencari rezeki dengan bekerja, baik itu bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri seperti berjualan atau berdagang. Tapi kadang rasanya rezeki sangat sulit untuk didapatkan, istilahnya “sempit”, padahal kita sudah berusaha sekuat tenaga ber- ikhtiar (tulisan ini juga adalah ikhtiar saya agar mendapatkan rezeki) agar pintu rezeki kita terbuka lebar. Jangan-jangan selama ini kita salah atau tidak mengetahu cara yang baik dan benar dalam menjemput rezeki? Kita percaya jika sesuatu itu masing-masing memiliki “aturan mainnya”, oleh karena itu saya akan bocorkan sebuah rahasia yang berguna untuk para pejuang rezeki agar perjuangan kita tidak sia-sia dan sesuai aturan mainnya. Ada tujuh hal yang akan memutus garis kemiskinan kita, ketujuh hal ini adalah rule yang harus kita ikuti agar rezeki kita t...

Menjadi Santri yang Nyantri

Beberapa santri sedang berjalan untuk mengaji  Seorang sahabat yang pernah mondok  bersama saya mengatakan kepada saya bahwa dia sangat menyesali keputusannya untuk keluar dari pesantren lantaran tergiur untuk menjadi “bebas” dan melanjutkan pendidikannya di sekolah umum.  Tapi ironisnya, beberapa sahabat saya yang berlatar belakang pendidikan umum justru mengatakan bahwa mereka merasa iri karena tidak pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren . Beberapa dari mereka menceritkan alasannya, entah itu karena faktor ekonomi (biaya mondok yang dirasa mahal), ada juga yang faktor keluarga (lingkungan keluarga yang jauh dari nuansa keislaman, entah apa istilahnya), dan berbagai alasan lainnya. Apapun perasaan mereka (baik yang menyesal karena keluar dari pesantren atau yang menyesal karena tidak sempat merasakan pendidikan pesantren) sejujurnya perasaan mereka itu lahir berkat pengaruh positif yang diberikan kalangan santri di tengah-tengah pergaulan mereka...