Skip to main content

Wanita Ini Terpaksa Berzinah Kisahnya Mengharukan

Wanita Ini Terpaksa Berzinah Kisahnya Mengharukan
Wanita Ini Terpaksa Berzinah Kisahnya Mengharukan



















Dari buku "Great Of Two Umar" dikisahkan pada zaman kepemimpinan Umar Bin Khatab, ada seorang wanita yang tertuduh berzina, wanita itu ditanya, "Benarkah engkau berzina seperti yang dituduhkan kepadamu?" Wanita itu tertunduk malu penuh sesal dan mengakuinya "Benar sekali wahai Amirul Mukminin"

Sesuai aturan, Umar memerintahkan agar wanita ini dihukum rajam, namun Ali Bin Abi Thalib berkata "Barangkali wanita ini mempunyai keterangan lain" kemudian Ali bertanya kepada wanita tersebut "Apa sebenarnya yg membuatmu berzina?" dia menceritakan:

Baca Juga: Tiga Hal yang Membuatmu Menangis dan Membuatmu Tertawa

"Dalam perjalanan jauh aku ditemani seorang lelaki, dia mempunyai persediaan air dan susu di untanya sedangkan perbekalaku sudah habis. Aku kehausan kemudian meminta air barang seteguk sampai tiga kali, namun dia tetap menolak kecuali aku bersedia menyerahkan diriku kepadanya. Awalnya aku menolak tapi karena aku hampir mati kehausan terpaksa aku kabulkan keinginannya. Setelah itu barulah ia memberikan air kepadaku."

Mendengar keterangan itu ali mengucapkan takbir dan membaca firman Allah:


"Barang siapa terpaksa, bukan karena menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya" (Qs. Al-baqarh : 173)


Ali menoleh ke Umar dan berkata "Aku berpendapat hendaknya engkau membebaskan wanita ini dari hukuman had." Akhirnya Umar menerima pendapat Ali dan wanita itu akhirnya dibebaskan.

Semoga artikel ini menginspirasi kita semua. Pembaca yang budiman janga lupa follow dan like untuk berkembangnya blog ini dan tunggu update artikel selanjutnya.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Cara Membuka Pintu Rezeki Semakin Lebar

Ilustrasi Harta Kekayaan Impian Manusia Dalam menjalani kehidupan tentu kita memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan sendiri atau keluarga, kita sudah berusaha mencari rezeki dengan bekerja, baik itu bekerja di perusahaan atau membuka usaha sendiri seperti berjualan atau berdagang. Tapi kadang rasanya rezeki sangat sulit untuk didapatkan, istilahnya “sempit”, padahal kita sudah berusaha sekuat tenaga ber- ikhtiar (tulisan ini juga adalah ikhtiar saya agar mendapatkan rezeki) agar pintu rezeki kita terbuka lebar. Jangan-jangan selama ini kita salah atau tidak mengetahu cara yang baik dan benar dalam menjemput rezeki? Kita percaya jika sesuatu itu masing-masing memiliki “aturan mainnya”, oleh karena itu saya akan bocorkan sebuah rahasia yang berguna untuk para pejuang rezeki agar perjuangan kita tidak sia-sia dan sesuai aturan mainnya. Ada tujuh hal yang akan memutus garis kemiskinan kita, ketujuh hal ini adalah rule yang harus kita ikuti agar rezeki kita t...

Meninggalnya Ashraf Sinclair Memberi Pelajaran untuk Kita

Ashraf Sinclair Bersama Keluarga (dok. via Instagram @ashrafsinclair) Innalillahi Wa Innailaihi Raajiuun, Hari ini pukul 04.00 Wib seorang aktor Indonesia kebangsaan Malaysia Ashraf Sinclair berpulang ke pangkuan Allah SWT karena serangan jantung. Suami dari artis Bunga Citra Lestari ini meninggal pada usia 40 tahun, meninggalkan seorang anak bernama Noah Sinclair hasil pernikahannya dengan BCL pada 8 November 2008. Informasi yang beredar mengatakan bahwa penyebab meninggalnya Ashraf adalah serangan jantung yang mendadak. Tak ayal hal ini mengagetkan banyak orang, baik di Indonesia atau juga di Malaysia. Kematian yang mendadak sering menjadi momok yang menakutkan bagia manusia, seolah ini adalah kejadian yang langka. Kematian yang mendadak biasanya terjadi karena kecelakaan, baik itu kecelakaan karena berkendara, karena kerja atau karena hal sepele (seperti sedang swafoto di ketiggian [menara, gedung, gunung] kemudia terjatuh dan meninggal). Untuk kasus Ashraf ...

Menjadi Santri yang Nyantri

Beberapa santri sedang berjalan untuk mengaji  Seorang sahabat yang pernah mondok  bersama saya mengatakan kepada saya bahwa dia sangat menyesali keputusannya untuk keluar dari pesantren lantaran tergiur untuk menjadi “bebas” dan melanjutkan pendidikannya di sekolah umum.  Tapi ironisnya, beberapa sahabat saya yang berlatar belakang pendidikan umum justru mengatakan bahwa mereka merasa iri karena tidak pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren . Beberapa dari mereka menceritkan alasannya, entah itu karena faktor ekonomi (biaya mondok yang dirasa mahal), ada juga yang faktor keluarga (lingkungan keluarga yang jauh dari nuansa keislaman, entah apa istilahnya), dan berbagai alasan lainnya. Apapun perasaan mereka (baik yang menyesal karena keluar dari pesantren atau yang menyesal karena tidak sempat merasakan pendidikan pesantren) sejujurnya perasaan mereka itu lahir berkat pengaruh positif yang diberikan kalangan santri di tengah-tengah pergaulan mereka...