Ibadah
haji adalah sebuah keharusan dalam beragama, sering dipandang sebagai ritual
keagamaan yang mahal, sejatinya ibadah haji banyak mengandung makna yang
positif baik secara esensi maupun fungsi.
Ibadah
haji menumbuhkan rasa “kebersamaan” untuk melebur di tengah perbedaan suku
bangsa dari berbagai macam belahan dunia, sehingga hilang ke-ego-an pada diri
manusia, kita tundukan dan bunuh nafsu dasar pada diri manusia.
Prof. Komarudin Hidayat dalam bukunya Wisdom of Life: Agar Hidup Penuh Makna mengatakan
bahwa ibadah haji adalah agar kita menang (menundukan nafsu) dalam pergulatan
hidup sehari-hari sehingga meraih makna dan prestasi hidup yang sejati.
Ketika
manusia telah melebur maka hilang sudah perbedaan, status sosial tidak nampak,
yang kaya dan miskin sama saja, yang hitam dan putih tidak berbeda, sebab
ibadah haji membawa semangat persamaan dan esensinya adalah perlombaan
meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena sejatinya hanya takwa yang
membedakan derajat manusia di mata Allah SWT.
Sebagaimana
Hadist Nabi berbunyi:
إِنَّ اللَّهَ لاَ
يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk atau rupa kalian
tidak pula kepada badan jasad kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan
amalan kalian.” (HR. Muslim)
Semangat
pengorbanan untuk “mematikan” ke-ego-an pada diri manusia, dengan melepaskan
atribut keduniaan dengan harapan dapat fokus pada hal yang lebih esensi yaitu
meningkatkan takwa sebagai salah satu inti dari ibadah haji. Sehingga hari raya
Idul Adha dinamai juga dengan Hari Raya Qurban.
Comments
Post a Comment